Rabu, 04 Desember 2013

KM Gunung Dempo Part I (Berebut Tempat Tidur)


Ini perjalanan saya Agustus 2011 lalu. Bisa dikatakan ini perjalanan baru bagi saya sebagai backpacker    pemula untuk menjelajahi setiap sudut kota di dunia. 

Sebagai backpacker pemula, paling malas melakukan traveling itu sendirian. Alasannya saya yakin kalian semua sudah pada tahu. Takut  nyasar dan budget yang mahal. Beruntunglah saya punya kurcaci-kurcaci yang memiliki aliran sepaham dengan saya. Sebut saja mereka Karla, Maria, dan Beta Harahap *nama samaran*. Berkat merekalah traveling ini bisa direalisasikan.

Untuk backpacker pemula, target kami gak muluk-muluk. Setidaknya bisa Snorkeling di Bunaken yang katanya menyimpan ekosistem biota laut tertinggi di dunia. Bukan hanya itu, Bunaken juga dijuluki sebagai surganya taman laut dunia. Inilah yang menjadi alasan kenapa Bunkaen menjadi destination traveling kami.
Perjalanan menuju Bunaken cukup panjang. Dari Medan, kami harus terbang ke Surabaya. Dari Surabaya harus mengembara selama empat hari tiga malam di KM Gunung Dempo. Disinilah  proses berkelana backpacker itu dimulai. Empat hari tiga malam harus rela gak melihat tanah.

Sebelum memutuskan naik KM Gunung Dempo, kami sempat berencana terbang ke Manado lewat jalur udara layaknya backpacker mewah. Tapi apa boleh baut, ibarat kata peribahasa niat hati memeluk gunung, tapi apalah daya kena pentilnya. Tak dapat jalur darat, jalur laut-pun jadi. Setelah diskusi sana-sini, akhirnya Dempo-lah jawaban dari transportasi yang kami pilih untuk menuju Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Mahalnya tiket pesawat  kala itu memaksa kami mau gak mau, siap gak siap harus berlayar ke negeri Manado. Hikss..

Nah, bagi kalian yang mau traveling ala ‘mewah’ dan bukan ala kadarnya. Pesan saya satu. Sejak jauh hari sudah membooking tiket lebih dulu. Apalagi jika waktu keberangkatannya di musim liburan. Diharamkan bagi kalian membeli tiket pesawat sehari sebelum keberangkatan.

Mengingat perjalanan kali ini harus ditempuh dengan cara berlayar. Maka segala konsekuensi yang terjadi nantinya sudah bisa diterima dengan lapang dada. Termasuk konsekuensi di bawah ini.
******

Di KM Gunung Dempo, dengan sangat terpaksa kami harus “bertekak” dengan bapak-bapak berkumis yang berlogat Madura. Bapak-bapak ini seperti penguasanya KM Gunung Dempo. Kenapa penguasa? Bayangin aja, ia sendiri harus menguasai empat tempat tidur milik penumpang. Seolah-olah, bapak ini merasa badannya itu untuk ukuran empat orang penumpang. Padahal kalau dilihat-lihat, porsi badannya itu paling bantar untuk porsi dua orang. Gak kecil-kecil kali dan gak buncit-buncit kalilah. Tapi karena keserakahannya, ia tega membiarkan backpacker kece ini beserta tiga kurcacinya masih berdiri karena belum dapat tempat tidur.

Demi tempat tidur inilah kami harus rela “bertekak” dengan si bapak berkumis. Ini semua demi menegakan keadilan di KM Gunung Dempo dan satu lagi demi tidak tidur di lantai karena gak kebagian tempat tidur. Singkat cerita bertekak, berkat kerasnya logat Batak yang diandalkan kurcaci saya bermarga Harahap, akhirnya dua tempat tidur itu bisa kami dapatkan dari penjajah KM Gunung Dempo. Hahahahaha. “belum tau bapak ini kami anak Medan,” ucap saya dalam hati.





                            Tempat tidur yang menjadi rebutan. Padahal tak seberapa. Hehehehehe



Berhubung dua tempat tidur sudah aman. Tugas selanjutnya tinggal mencari dua tempat tidur berikutnya. Beruntunglah, usai “bertekak” dengan si kumis tadi, kami menemukan seorang Ibu berhati malaikat. Ibu ini bersama dua orang anaknya. Satu gadis cantik berjilbab dan satunya lagi lelaki keren yang tampangnya hanya beda 0,01 persen dengan tampang saya. Dengan suara lembutnya, Ibu ini menawarkan dua tempat tidurnya kepada kami. Alhamdulilah. Tuhan itu memang adil. Mungkin inilah yang dinamakan, orang baik ketemu dengan orang baik. Atau bisa jadi habis makhluk jahat, terbitlah makhluk baik. LOL.
Berkat tiga malaikat ini, kami gak jadi tidur di lantai.

                   Tiga malaikat Dempo, kurcaci bermarga Harahap dan saya (cari aja yang paling cakep)


Selain memberikan dua tempat tidur miliknya, Ibu ini juga memberikan bonus tambahan perharinya. Yang jelas bonusnya bukan 50 kali SMS gratis sesama tilkumsil atau 600 menit nelpon gratis sesama tilkumsil. Bonus yang diberikan Ibu ini hanya membantu menjaga ransel kami serta selalu menemani saya ambil sarapan pagi, makan siang, dan makan malam di dapur KM Gunung Dempo. Hmmmm..Benar-benar Ibu mertua idaman. Berbeda dengan Ibunya, kedua anaknya juga memberikan bonus kepada kami. Apa bonusnya? Zzzzzzzzz. Hanya Tuhan, mereka dan kamilah yang tau.......

Bersambung ke Part II .....................

Behind The Scene KM Gunung Dempo Part I


            Kurcaci Harahap kelelahan usai bertekak dengan si bapak berkumis berlogat Madura

Saat orang lagi ngobrol, kurcaci baju abu-abu itu malah asik mijitin kepalanya karena mabok laut, untuk bukan mabok duda. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar